Friday, September 13, 2019

Tujuan Pendidikan

Di Indonesia, pendidikan dilaksanakan sejak level pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Dari sekolah dasar sampai pendidikan tinggi (universitas, sekolah tinggi, dsb.). Bahkan ada pepatah "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China". Bagi umat islam, ulama menasihatkan supaya umat islam menuntut ilmu mulai da sejak dalam buaian hingga liang lahat. Pemerintah Indonesia pernah memrogramkan Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun. Lalu mengapa kita harus menempuh pendidikan sehingga kita begitu ditekankan untuk menempuh pendidikan?
Regulasi di Indonesia, tujuan pendidikan tertuang dalam UUD 1945 versi amandemen dan UU No. 20 tahun 2003.
Dalam UUD 1945 tujuan pendidikan nasional disebutkan pada pasal 31.
Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
Dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 atujuan pendidikan nasional dalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Selanjutnya bagaimana pandangan filusut tentang tujuan pendidikan nasional? Jean Piaget, filusuf dari Swiss, tokoh psikologi pendidikan (yang lebih suka disebut tokoh epistemologi genetik), yang umur 11 sudah melakukan penelitian dan mempublikasikannya di jurnal internasional, yang umur 21 sudah bergelar Ph.D., dan tokoh konstruktivisme menyebutkan bahwa:

Image result for jean piaget quote the principal goal of education

Image result for jean piaget quote the principal goal of education

Semoga kita mampu mewujudkan tujuan pendidikan. Aamiin...

Thursday, September 12, 2019

Refleksi Perkuliahan Strategi dan Perencanaan Pembelajaran Matematika (12 September 2019)

Dosen: Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed.

Mata kuliah strategi dan perencanaan pembelajaran matematika barangkali adalah mata kuliah yang baru bagi mahasiswa dengan latar belakang pendidikan non kependidikan. Karena latar belakang mahasiswa berbeda dilihat dari pendidikan dan mata kuliah atau sekolah yang diampu maka perlakuan terhadap mahasiswa berupa tugas-tugaspun disesuaikan dengan latar belakang mahasiswa. Untuk itu dengan mereview teori belajar dan mengajar secara psikologis dan filosofis menjadi perlu dilakukan. Mata kuliah ini membahas tentang pembelajaran di sekolah. Membelajarkan bagaimana guru membelajarkan peserta didik pada konteks sekolah walaupun sejatinya dalam merencanakan dan menentukan strategi pembelajaran tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Output perkuliahan ini adalah mahasiswa mampu mengkonstruksi desain atau strategi pembelajaran. Bagi mahasiswa yang mengajar di LPTK baiknya mendesain pembelajaran untuk matematika sekolah walaupun tidak dapat dipungkiri juga dapat mendesain pembelajaran untuk matematika di perguruan tinggi.
Berikut adalah beberapa bukti betapa complicatednya proses perencanaan dan strategi pembelajaran matematika. Pertama, dalam menentukan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran terdiri atas tujuan kurikuler yang diantaranya meliputi kompetensi inti, kompetensi dasar, kriterian ketuntasan minimum, dan instilah-istilah lainnya. Selain kurikuler, tujuan pembelajaran matematika juga memuat tujuan yang terkait dengan substansi matematika yang meliputi kemahiran kematematikaan siswa. Ketika siswa belajar matematika terdapat kemampuan-kempuan yang juga perlu dikembangkan. Diantaranya adalah kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi. Dalam menentukan tujuan pembelajaran harus mengintegrasikan, mengkombinasikan, dan memadukan dua  tujuan tersebut.
Kedua, dalam praktik belajar mengajar di kelas. Dalam proses tersebut melibatkan 3 komponen utama, guru, peserta didik, dan materi matematika. Siswa di suatu kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Guru harus memandang perbedaan-perbedaan tersebut. Pengetahuan guru tentang informasi dan latar belakang akademik maupun non akademik. Untuk itu guru perlu memandang siswa secara individu, bukan secara kolektif (kelas). Dari segi guru, kompetensi menjadi syarat mutlak untuk mebelajarkan matematika secara baik.  Dari segi hubungan antara guru dan siswa, guru perlu mendesain interaksi yang optimal agar kegiatan membelajarkan siswa untuk belajar terlaksana secara maksimal.
Ketiga, dalam melakukan penilaian pembelajaran. Penilaian pembelajaran tidak hanya dilakukan di akhir pembelajaran, namun penilaian dalam proses pembelajaran juga ditekankan. Selain itu ranah penilaiannya tidak hanya penilaian pengetahuan, namun juga memuat penilaian sikap (spiritual dan sosial) dan keterampilan.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran.
1. Pembelajaran merupakan proses yang memerlukan peran aktif pembelajar
2. Semakin banyak indra yang dilibatkan dalam belajar, semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan
3. Emosi memiliki kekuatan untuk meningkatkan ingatan dan pembelajaran
4. Pembelajaran akan bermakna apabila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
5. Belajar tidak hanya mengingat, namun lebih dari itu
6. Pembelajaran yang terintegrasi lebih efektif daripada pembelajaran yang dilakukan tanpa mengaitkan dengan materi dan strategi lain.
Pembelajaran matematika sangat erat kaitannya dengan proses berfikir yang melibatkan otak manusia. Penelitian yang dilakukan Wolfe (2001) tentang otak menunjukkan bahwa:
1. Tanpa perhatian yang fokus, seorang siswa hanya mampu menyimpan informasi tersebut dalam otak selama 15 s.d. 20 detik saja.
2. Proses belajar merupakan proses membangun simpul-simpul saraf.
3. Otak kita mengalami kesulitan memahami angka yang sangat besar karena kita tidak memiliki pengalaman untuk menghubungkannya
4. Mata mengandung hampir 70 persen reseptor sensorik tubuh dan mengirim jutaan sinyal setiap detik di sepanjang saraf optik ke pemrosesan visual otak
Dalam menentukan strategi pembelajaran, berikut adalah hasil penelitian tentang tubuh/pikiran/otak manusia.
1. Melibatkan siswa dalam kontek dunia nyata
2. Menggunakan aktivitas projek untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi
3. Visual adalah alat yang powerful
4. Mnemonic strategies, yaitu mengingat sesuatu dengan memberikan atau mengalihkan ke konteks yang lebih sederhana. Misalnya untuk menghafalkan warna pelangi, siswa menghafal MeJiKuHiBiNiU untuk mengingat merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.


Wednesday, September 11, 2019

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu (6 September 2019)

Dosen: Prof. Turmudi, Ph.D.

Bagi beberaa mahasiswa, mungkin ini adalah mata kuliah yang baru. Bisa juga ini jadi mata kuliah yang sudah lama tidak dipelajari. Menghadapi sesuatu yang baru, biasanya seseorang menjadi lebih tertarik, termotivasi, dan ingin tahu. Harapannya, begitu juga dengan filsafat ilmu. Mahasiswa corious yang tinggi. Untuk itu, dengan membaca 8 jam per hari menjadi modal yang cukup bagi mahasiswa untuk sukses belajar.
Perkuliahan filsafat ilmu pada setengah semester pertama akan mempelajari konsep filsafat secara umum termasuk paham-paham dan aliran filsafat. Pada setengah semester kedua, akan mengkaji konten filosofis matematika yang meliputi geometri, statistik, aljabar, teori bilangan, dan kalkulus.
Filsafat mempelajari esensi dari konten-konten tersebut. Misalkan alajabar, bagaimana asal kata, mengapa disebut aljabar, siapa penemunya, kenapa berkembang sampai sekarang ini, mengapa dipelajari, dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Filsafat adalah kajian yang sangat luas. Mempelajari filsafat bukan berarti memberikan justifikasi benar atau salah, tetapi mengkaji bagaimana kebenaran itu dengan asumsi-asumsi dan argumentasi yang diberikan. Dengan kata lain bahwa kebenaran itu relatif. Dengan filsafat akan membuka wawasan untuk mengkaji suatu masalah atau tema tertentu.

Berikut adalah referensi-referensi yang dalam belajar filsafat.
1. Ancient Philosophy
2. Complexity Theory and the Philosophy of Education
3. Education Autonomy and Democratic Citizenship
4. Educational Neuroscience
5. French Studies in the Philosophy of Science
6. General Philosophy of Science  Focal Issues  Handbook of the Philosophy of Science
7. Karl Popper Philosophy of Science
8. Logic  Methodology and Philosophy of Science
9. Medieval Philosophy  From 500 to 1500 Ce  The History of Philosophy
10. Modern Philosophy  From 1500 Ce to the Present  The History of Philosophy
11. Nancy Cartwright  Philosophy of Science
12. Philosophers as Educational Reformers
13. Philosophy and Educational Policy
14. Philosophy of Psychology and Cognitive Science
15. Philosophy of Science  The Link Between Science and Philosophy
16. Poststructuralism  Philosophy  Pedagogy
17. Pragmatism and Educational Research  Philosophy  Theory  and Educational Research
18. Textbook of Educational Philosophy
19. The Present Situation in the Philosophy of Science
20. The Science of Qualitative Research
21. Turkish Studies in the History and Philosophy of Science
22. Meaning in Mathematics
23. Speed Mathematics  Secret Skills for Quick Calculation
24. What Do Philosophers Of Education Do  And How Do They Do It
25. What is Mathematics  Really

 Semua referensi di atas dapat didownload di sini. 

Refleksi Mata Kuliah Pendidikan Matematika Kontemporer (6 September 2019)

Dosen: Prof. Dr. Darhim, M.Si.

Pembahasan tentang mata kuliah pendidikan matematika kontemporer tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran matematika kontemporer. Lalu apa itu kontemporer?  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontemporer berarti pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini. Jadi bisa dikatakan bahwa pembelajaran kontemporer adalah pembelajaran yang mngacu pada tuntutan yang berlaku saat ini. Kalau dilihat dari perkembangan zaman, maka pembelajaran yang mengakomodasi tutuntutan era industri 4.0.
Lalu kenapa kita perlu belajar pembelajaran kontemporer?
Pertama, adanya model atau pendekatan pembelajaean yang walau tidak baru, tetapi masik eksis/ada yang dianggap masih bisa mengakomodasi siswa sebagai subjek pembelajaran. Kedua, tuntutan kompetensi peserta didik setelah belajar semakin beragam dan harus mengakomodasi tuntutan perkembangan zaman. Ketiga, belajar di era revolusi industri 4.0 memungkinkan peserta didik untuk belajar secara otodidak. Peserta didik dapat memperoleh ilmu pengetahuan dari berbagai sumber. Pengetahuan yang dimiliki pendidik sangat terbatas. Masih ada pengetahuan yang tak terhingga di luar sana. Peserta didik dapat belajar dari masyarakat, internet, teman sebaya, dll. Keempat, memberi pengetahuan dan membangun pengetahuan hakekatnya berbeda. Dalam belajar, hakekatnya adalah membangun pengetahuan. Dalam belajar, ada nuansa baru yang berbeda yang dinamakan inovasi.
Pembelajaran kontemporer identik dengan pembelajaran yang memiliki inovasi yang lain dari apa yang sudah ada di buku atau sumber lain.
Isu-isu kontemporer di area pembelajaran diantaranya adalah revolusi industri 4.0, problem solving, 4C, dan HOTS (Higher Order Thinking Skill). Bicara tentang HOTS, di beberapa periode ujian nasional telah memuat soal-soal HOTS. Soal-soal yang mengukur HOTS tidak berarti soal-soal yang sulit. Soal-soal HOTS memiliki ciri-ciri yang pertama adalah bahwa konteks yang diberikan merupakan konteks sehari-hari peserta didik. Kedua, tipe soalnya tidak seperti soal-soal yang ada di buku-buku ata sumber mainstream lainnya atau disebut juga bahwa soal-soal HOTS bukanlan soal yang non rutin. Ketiga, soal HOTS memungkinkan untuk menghasilkan variasi jawaban/open enden. Variasi dapat berupa variasi dalam jawaban akhir maupun variasi dalam solusi penyelesaian soal.